Tangisan Di Malam Hari
Menangis di malam hari. Huaaa.....ini baru pertama kalinya
aku nangis gara-gara tekanan batin, bukan karna sakit gigi atau disminore
(baca:dilep). Ini baru pertama kalinya dari 5 tahun kemaren. Waktu aku masuk ke
sebuah pejajaran di Gondanglegi sana.
Berawal dari tahun ajaran baru ini. Tahun ajaran baru yang
sudah aku bayangkan waktu holiday kemaren. Kelas 3. Menyenangkan. Banyak ujian.
Sibuk. Dan dapet temen baru. Tapi kenapa aku bisa nangis kemaren? Sungguh ini
hal yang benar-benar aneh. Di luar dugaan memang.
Membawa pengalaman dari tahun ajaran kemarin yang enaaak
banget. Sudah temen kelasku enak, anak kamarku fair, dan kelas 2 adalah tahun
dimana aku bertemu dia.
Dan tahun ini aku merasa bedaaaa banget. Sudah terlihat
auranya. Aura buruk. Aura petaka.
Maaf sebelumnya, mungkin aku masih belum bisa beradaptasi.
Karna ini masih berjalan satu minggu. Sejujurnya, aku masih belum nyaman
sekamar dengan mereka yang menurutku sedikit individual. Mereka tidak
individual, hanya belum bisa memisahkan diri dan mencoba untuk bergabung dengan
kita. Entah kenapa aku ‘belum’ dan ‘tidak’ bisa mengerti bagaimana dunia
mereka.
Harus gimana ya?
Malam hari itu, setelah dua hari berlalu dari mulainya tahun
ajaran baru ini, aku merasa kalau dua hari yang lalu, seorang Putri telah
hilang. Aku bukan Putri yang dulu lagi. Gak bisa ketawa bebas, ga ada yang
diajak gila. Mereka sudah hilang semua. Aku dipisah sama ustadzah lah. Awalnya,
aku bisa kuat. Bicara dalam hati kalau semua pasti baik-baik aja kok. Tapi aku
lama-lama ga kuat, aku gak bisa dieeem terus,
emang dasarnya sih aku ga diem. Akhirnya, daripada nganggur dan ga ada
kerjaan, aku baca novel, main hape, smsan, beraktivitas dan menciptakan duniaku
sendiri di atas kasur tercinta ini, tapi lama-kelamaan dan akhirnya air mata
‘tik’ menetes. Ada payungg gak?
Waaa, aku nangis beneran. Beneran butuh orang, butuh orang
buat pelampiasan. Dalam keadaan genting itu, SMS ayah-ibu adalah bukan hal yang
salah. Mereka emang kasih solusi, tapi aku pengen ada yang di sampingku,
pukpukpuk, SMS ulin adalah alternatif, tapi ga mungkin Ulin bisa kesini.
Akhirnya aku SMS mbak ovi. Mbak Ovi itu sudah aku anggap kayak kakak cewekku
sendiri, emang dia bukan mbakku, tapi tentrem banget hati ini liat mbak Ovi
itu. Dan pada akhirnya itu, Mbak Ovi datang dan memupuk aku. Huhuhuhuhu......
mulai dari awal aku ceritain, masalahku, dari aku ga kerasan, males di kamar. Nangisss....nangis
itu enak. Peluk-peluk mbak Ovi. Itu sudah buat aku legaaaa banget. Kata mbak
Ovi ini masih pertama. ‘Kamu harus bisa terbiasa put, aku dulu juga kayak gitu
kok’. Hatiku sudah agak tenang, langsung cerita sama curhat-curhatan deh sama
Mbak Ovi waktu itu. Lega banget rasanya.
Mulai malam itu, aku berdoa agar Allah memudahkan jalanku
dan meluruskan niatku untuk mencari ilmu. Lillahita’ala. Harus benar-benar
murni karna Allah. Kayak gini, benar-benar aku pengen punyak kakak. Makasih ya
Mbak Ovi untuk malam itu.
Malam itu, 16 July 2012
mbok pyut bisa kok :")
BalasHapushihihi, iya mboliin, kamu juga bisa kalo gitu
BalasHapus