(Sekolah dan Labilitas adalah proses menuju kedewasaan. Ini ceritaku. Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Bismillah :'))

Pages

Rabu, 19 September 2012

Kearifan Segenggam Garam



                Dahulu, hiduplah seorang lelaki tua yang terkenal saleh dan bijak. Di suatu pagi, datanglah seorang lelaki muda. Tanpa membuang waktu, dia ungkapkan semua resahnya. Pak Tua yang bijak, hanya meendengarkannya dengan teliti an seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Dia teburkan garam itu ke dalam gelas, “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya?” pinta Pak Tua itu. “Asin dan pahit, pahit sekali.”, jawab sang tamu, sambil meludah ke tanah.
                Ia lalu mengajak tamunya ini berjalan ke tepi telaga di hutan dekat rumahnya, lalu ia menaburkan garam tadi ke dalam telaga. Dia berkata, “Coba, ambil air telaga ini, dan minumlah”. Saat tamu itu selesai minum, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?” “Segar,” sahut tamunya, “Apa kamu masih merasaka garam di dalam air itu?” tanya Pak Tua lagi. “Tidak,” jawab tamunya.
                “Anakku, dengarlah, pahitnya kehidupan ibarat segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu sama, dan akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, selalu berasal dari bagalmana cara kita meletakkan segalanya. Semua tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan hidup, hanya ada satu hal yang boleh kamu lakukan: lapangkanlah dadamu untuk menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Luaskanlah wadah pergaulanmu supaya kamu mempunyai pandangan hidup yang luas. Kamu akan banyak nelajar dari keleluasan itu.” Ucapnya bijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar