(Sekolah dan Labilitas adalah proses menuju kedewasaan. Ini ceritaku. Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Bismillah :'))

Pages

Kamis, 20 September 2012

Segelas Susu



                Satu hari, seorang anak lelaki miskin kehabisan uang. Ia memutuskan meminta makana kepada seoang ibu pejabat. Ketika ibu tersebut membuka pintu, si anak tidak berani untuk meminta makan, ia hanya meminta segelas air. Taoi, ibu tersebut memberinya segelas susu. Susu itupun dimunum oleh anak tsb, sambil bertanya, “Berapa harga segelas susu besar ini?” Ibu menjawab, “Kamu tidak perlu membayar apapun. Orang tua kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran, jika melakukan kebajikan.”

                Beberapa puluh tahun kemudian ibu ini mengalami sakit kritis. Sehingga harus dikirim ke rumah sakt ibukota. Di sana ada dokter yang mampu mengobati penyakit komplikasinya itu.


                Dr, Sobur Nurjaman Ali, dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat mendengar nama kota asal si ibu, tebersit pancaran aneh. Ia segera bergegas menuju kamar wanita tersebut. Ia langsung mengenali wanita itu dengan sekali pandang. Dalam hatinya, ia berkat, “Pokoknya, ibu tsb harus sembuh.”

                Mulai hari itu, ibu itu menjadi perhatian dr. Sobur. Sampai memasuki bulan ketiga ibu tersebut benar-benar sembuh. Lalu dr. Sobur meminta pada bagian keuangan untuk mengirim seluruh tagihan pengobatan ibu kepadanya.

                Lembar tagihan itu akhirnya sampai ke tanga ibu yang malang itu. Dengan rasa was-was ia memberanikan diri membaca tagihan itu. Akan tetapi ada yang menarik perhatiannya. Pada pojok atas lembar tagihan tersebut, ia membaca tulisan yang berbunyi: “Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu.” Tertanda Dr. Sodur Nurjaman Ali. Memberi bukan berarti melakukan inisiatif pertama tanpa mengharapkan imbalan. Sebab apa yang telah dilakukan telah diperhitungkan oleh Sang Pencipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar